Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol
Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti
dari keberhasilan sebuah manajemen Keberherhasilan sebuah manajemen tidak
terlepas dari prinsip-prinsip manajemen yang menjadi dasar-dasar dan nilai pada
manajemen itu sendiri. Seorang industrialis asal Perancis, Henry Fayol (1841-1925) , berpendapat, bahwa
prinsip-prinsip dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa
perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi
yang berubah.
Prinsip-
prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :
1.
Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan
kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar suka
dan tidak suka. Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan
memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Serta
spesialisasi yang memungkinkan individu
untuk membangun pengalaman dan untuk terus meningkatkan keahliannya.
Dengan demikian individu tersebut dapat menjadi lebih produktif.
2.
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Hak untuk mengeluarkan perintah, namun harus dengan tanggung
jawab yang seimbang sesuai fungsinya. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil
wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap
karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Tanggung jawab terbesar
terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada
karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai
wewemang terbesar adalah manajer puncak. Oleh karena itu, apabila manajer
puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan maka wewenang yang ada padanya
merupakan bumerang.
3.
Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan
patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan
erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka
disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin
terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan
sesuai dengan weweanng yang ada padanya.
4.
Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan
baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan
wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik. Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang
karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian
kerja. Jadi, setiap pekerja harus mempunyai satu bos tanpa ada komando
lain yang bertentangan.
5.
Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya,
karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan
perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah
sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity
of directiion) tidak dapat terlepas dari pembagian kerja (Division of
work), wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), disiplin
(Discipline), serta kesatuan perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari
mana karyawan mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa
ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi
kesalahan.
karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.
karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.
6.
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja
sehingga memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan
kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran
bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya
kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat
penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik.
7.
Penggajian pegawai
Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk
prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu
diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan ketidak disiplinan dan
kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang
menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan.
Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja
dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja. Pembayaran/upah
adalah motivator penting walaupun dengan menganalisis beberapa kemungkinan,
Fayol menunjukkan bahwa tidak ada yang namanya sistem yang sempurna.
8.
Pemusatan (Centralization)
Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan
wewenang melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung
jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang
(delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan
tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak pada
orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak.
9. Hirarki / Rantai Skalar /
Garis Otoritas (tingkatan)
Sebuah hierarki diperlukan untuk kesatuan arah. Tapi
komunikasi lateral juga merupakan hal mendasar yang diperlukan selama atasan
tahu bahwa komunikasi tersebut berlangsung. Rantai skalar mengacu pada jumlah
tingkatan dalam hirarki dari otoritas tertinggi hingga tingkat terendah dalam
sebuah organisasi. Garis Otoritas ini sendiri tidak boleh terlalu jauh jaraknya
atau terdiri dari terlalu banyak tingkatan otoritas. Hirarki diukur dari
wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke
bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada
siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian
kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup
area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki.
10.
Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila
seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai
tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena
pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau
tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh
karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh
karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan
tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari
atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan
kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dalam menjalankan bisnis kombinasi dari keadilan dan kejujuran
mutlak diperlukan. Memperlakukan karyawan dengan baik merupakan hal yang sangat
penting dilakukan untuk mencapai ekuitas.
12.
Stabilitas kondisi karyawan
Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki
keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan
tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam
setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala
pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya
disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan. Karyawan akan
bekerja lebih baik jika keamanan pekerjaan dan kemajuan karir merupakan jaminan
yang meyakinkan mereka. Jabatan yang tidak aman dan tingkat tinggi perputaran
karyawan akan mempengaruhi organisasi secara keseluruhan
13.
Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai
orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul
dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan
kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan
sebaik-beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian
dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari karyawan
harus dihargai. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah
satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijak akan menerima
dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14.
Semangat Kesatuan dan Semangat Korps ( Esprit de Corps )
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan
mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan
karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp),
sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan
friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan harus
memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan
semangat kerja sama yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar